(Review) Tales of Zestiria - PC

(Review) Tales of Zestiria - PC - Review lagi~ Ga lama setelah review The Last Story, akhirnya bisa review game baru lagi lol. Sesuai judulnya, saya akan review game yang sebenarnya sudah lama saya mainkan tapi sempat stuck dan baru dilanjutkan beberapa bulan kemudian. Tales of Zestiria, seri Tales ketiga (atau keempat?) yang saya tamatkan. Seperti apa review saya? Check this out!

- STORY


Klasik JRPG, seorang laki-laki bernama Sorey dan Seraphim yang sudah jadi sahabatnya sejak lahir bernama Mikleo yang hobi eksplorasi reruntuhan kuno. Berniat untuk menjelajah dunia menelusuri Ruins, sampai akhirnya harus menjadi seorang Shepherd yang bisa dibilang sebagai penuntun umat manusia ke dalam kedamaian dan mengusir Malevolence, sumber kekuatan dari monster bernama Hellion. Tapi perjalanan itu tidak mudah karena kepercayaan manusia terhadap Sheperd dan Seraph sudah mulai memudar.

Ceritanya simpel sih, klasik banget. Bagaimana perkembangan Sorey yang polos banget sampai harus dihadapkan dengan pilihan hidup dan mati setelah menjadi Sheperd. Sepanjang jalan Sorey dkk juga akan mencari tahu nasib para Sheperd sebelumnya dan kenapa konflik tidak kunjung usai. Tiap karakter juga punya cerita masing-masing. Dan yang paling penting, joke-nya luar biasa! Ga jarang saya sendiri ketawa keras saat Skits maupun selesai battle. Mikleo yang awalnya saya kira dewasa ternyata malah di-bully balik sama Edna, Lailah yang gaje banget, dan lainnya. Rasanya tiap karakter disini jago lawak semua lol.

Setelah Sorey jadi Shepherd sebenarnya sudah ketahuan akhirnya bakal seperti apa. Tapi yang saya dapat dari ending-nya, sesuai ekspetasi, tetapi ditambah twist yang tidak dikira. Dan entah kenapa saya sendiri harus senang atau sedih sama ending-nya lol. Tapi akhirnya terjawab di DLC Alisha Story walaupun kurang puas (dan sepertinya masih menimbulkan tanda tanya). Rasanya kayak FFX-2, but this is much much better.

- GAMEPLAY


Saya tidak mengikuti seri Tales secara berurut sesuai masanya. Seri Tales yang saya mainkan sebelumnya kebanyakan dari konsol PS1 (Eternia, Destiny), jadi kalau dibandingkan rasanya cukup berbeda jauh.

Dari sisi Battle System, agak berbeda karena gerakan karakter yang biasanya kanan-kiri menjadi depan-belakang (walaupun akhirnya bisa bergerak bebas). Mungkin Zestiria adalah seri yang memiliki battle tercepat, sehingga untuk melakukan kombo jadi lebih enak. Penggunaan SC agak terasa mengganggu awalnya karena cepat habis, tapi setelah mengerti sistemnya jadi tidak terlalu bermasalah. Skill-nya banyak banget, biasanya malah rada random urutan kombonya mau kayak gimana lol. Untuk Mystic Artes, entah rasanya kurang kelihatan waw dimata saya, kecuali saat Armatization sih.

Kamu juga bisa melakukan Armatization, yaitu melakukan fusing dengan Sheraph dengan elemen tertentu untuk mendapatkan kekuatan yang lebih besar. Mode ini sangat berguna, karena selain jadi lebih kuat, kamu juga bisa menghidupkan karakter hanya dengan melakukan Armatization (selama BG masih ada). Jumlah HP naik berkali-kali lipat dan kombo serangannya juga lebih baik. Tentunya elemen harus disesuaikan dengan musuh, tapi terkadang mengabaikan elemen juga ga masalah.

Playstyle saat menggunakan Sorey/Rose/Alisha dengan Seraphim yang lain beda banget. Kalau tiga chara frontline lebih main ke kombo, Seraphim lebih ke magic jarak jauh. Memungkinkan juga sebenarnya buat bikin kombo, cuma feel-nya beda banget dan terasa banget lebih pelan. Awalnya saya suka banget pake Rose karena kombonya lebih enak dari yang lain, tapi semakin jauh dan semakin mengerti malah jadi suka banget pake Lailah. Magic AoE lumayan gede dan sering bikin "stun" jadi lebih enak buat lawan mob keroyokan. Saat Armatization juga enak, terutama dengan Mikleo lol. Ya, itu soal karakter yang kita kendalikan. Untuk AI, saya rasa disini tidak terlalu pintar. Sering sekali AI lebih memilih diam daripada menyerang, padalah sudah saya perintahkan untuk forward dan focus attack. Untungnya respon untuk melakukan heal cukup cepat, walaupun casting time lama...

Soal dunia, walaupun katanya Open World tapi saya sendiri merasa kayaknya terlalu sepi untuk ukuran Open World. Dibilang luas juga sebenarnya ga terlalu. Mungkin karena yang bisa dieksplor bisa dibilang sedikit jadi terkesan kurang luas. Bisa fast travel sih, walaupun harus bayar dengan uang cukup banyak. Tapi untuk dungeon setidaknya lebih baik walaupun kadang kesannya juga sepi, terutama untuk Trial Temple tiap elemen.

Fitur kostum sangat menarik menurut saya. Bagusnya, kamu bisa kostumisasi tiap kostum secara luas, mulai dari posisi, ukuran, hingga warna. Pilihannya lumayan banyak dan bisa didapatkan sepanjang cerita, sidequest, atau dari DLC. Saya suka mendandani Sorey hanya dengan memakai baju biasa tanpa jubah Sheperd dan topi Cowboy karena teringat Indiana Jones yang sama-sama suka eksplorasi ruins lol.


- GRAFIK


Untuk tampilan 3D, game ini tetap mempertahankan style anime seperti seri-seri terdahulunya (dan ga mungkin lepas dari itu sih). Keseluruhan terlihat indah dan warnanya yang cerah, walaupun di beberapa tempat justru kesannya terlihat kosong. Walaupun ada pilihan option untuk grafis, rasanya saya tidak melihat perbedaan yang sangat signifikan. Sejauh ini saya menggunakan setting Mid, tapi sesekali mencoba setting High untuk lihat perbedaannya, saya rasa tidak jauh berbeda.

Dan yang paling saya suka, animasi 2D khas ufotable yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Entah kenapa setiap opening saya selalu menyempatkan diri melihat bagian pertama saat Sorey berdiri dengan jubah Sheperd yang terayun angin. Entah itu ada sentuhan 3D atau tidak, tapi beneran itu fluid dan keren banget! 

- SUARA & MUSIK


Kesan pertama untuk musik, GOD EATER! Langsung terbayang beberapa musik yang saya ingat di God Eater dengan ciri khas yang cukup sama, khususnya pada suara choir perempuan yang khas banget. Dan ternyata dugaan saya tidak salah karena yang mengurus musik di game ini ternyata sama, yaitu Shiina Go. Maklum sih karena sama-sama dari Bandai Namco. Musiknya terdengar grande sekali.

Dan untuk voice actor... Mungkin saya bakal dihujat, tapi jujur saya lebih suka voice English ketimbang Jepang :D. Memang untuk voice Jepang sepertinya dari dubber kelas tinggi, tapi bukan berarti voice English jelek. Saya bukan pemerhati seiyuu Jepang, voice manapun kalau bagus pasti saya dengarkan. Justru bagi saya joke-nya lebih kena dengan voice English karena tidak harus berpikir 2 kali dan penyampaiannya pun menurut saya sangat baik. Dimana saat saya menggunakan voice Jepang saya harus berfikir dengan joke-nya walaupun ada subtitle, tapi dengan voice Inggris hanya dengan mendengar suaranya saja terkadang bikin saya tertawa lepas. Ya, jujur saja kualitas dub-nya bisa dibilang bagus tidak seperti kebanyakan.

- KESIMPULAN


Yah, walaupun menurut saya bukan game yang terbaik, tapi setidaknya Tales of Zestiria jadi salah satu pilihan JRPG yang bagus di Steam. Kecuali kalau kamu fans dari Tales series, pastinya kamu tidak akan melewatkan seri ini. Walaupun jujur saya, secara keseluruhan game ini agak monoton untuk dimainkan sampai saya sempat hiatus main beberapa bulan, tapi bukan berarti buruk. Antara 1/10, mungkin saya kasih 7.

Harapan saya, semoga seri Tales lain di PS3 (Xillia dan Vesperia) masuk Steam juga. Amin~

Beli Tales of Zestiria di Steam! (klik sini)

SHARE ON:



Legaiabay is a random people who loves playing video games so much and (maybe) an hardcore console gamer. Just writing what I like in good mood, except college work lol. Enjoy, nothing here will interest you :D

2 komentar:

  1. Dari kemarin dilema beli seri Tales, dulu seneng sama PS1 (eternia), tapi pas nyoba Tales of Abyss kok kayaknya cheesy banget. Mumpung yang ini ada di steam, coba deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. seinget gw justru dari seri abyss yg bikin terkenal di barat *cmiiw*.

      Delete