(Review) The Last Story - Wii

(Review) The Last Story - Wii - Kembali lagi ke Game Review. Mimpi jadi kenyataan, setelah bersabar bertahun-tahun akhirnya saya (memaksakan diri) memainkan salah satu masterpiece sang legenda JRPG, Hironobu Sakaguchi. Bukan "Fantasi Terakhir", melainkan "Cerita Terakhir" alias "The Last Story". Banyak orang bilang ini adalah "The real FF" dibanding FF saat ini. Seperi apa review saya? Check this out!


- STORY


Sangat klasik seperti JRPG pada umumnya. Bukan menyelamatkan dunia karena kita tidak mengelilingi dunia. Hanya dalam ruang lingkup sebuah pulau yang penuh kedamaian setelah 100 berperang melawan pasukan Gurak. Cerita berawal dari Mercenary kecil beranggotakan 6 orang yang saling mengejar cita-citanya masing-masing. Zael, sang karakter utama mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang prajurit kerajaan Lazulis. Sampai akhirnya dia bertemu secara tidak sengaja dengan perempuan bernama Lisa yang ternyata adalah putri kerajaan Lazulis dengan nama asli Callista. Sampai akhirnya mereka dilanda kegalauan karena keinginan mereka berdua yang saling berlawanan. Zael ingin menjadi Knight yang otomatis menetap di kerajaan Lazulis, sedangkan Callista merasa terpenjara di pulau kekuasaannya sendiri dan ingin bebas pergi kemana saja.

Percintaan, persahabatan, konflik batin, perang kekuasaan, ironi, dan pengkhianatan. Itu yang akan kamu temukan di The Last Story. Terkadang apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu bayangkan. Kamu akan melihat sisi lain dari sebuah peperangan. Pilihan yang kadang tidak bisa ditolak. Ketika semua keinginan berhasil didapatkan tetapi sama sekali tidak memberikan kepuasan, justru memberikan rasa bersalah. Setidaknya itu yang saya rasakan, sehingga memberikan rasa "kegalauan" sendiri.

Yak, disamping itu yang paling saya suka adalah penempatan joke yang sangat tempat. Kesan serius terkadang dihantam habis dengan kekonyolan salah seorang karakter, tapi tetap tidak merusak suasana. Syrenne dan Lowell, dua orang ini adalah pelawak utama di game ini.

Yang menurut saya kurang, adalah pendalaman tiap karakter utama yang terlalu singkat dan kurang dalam, padahal seharusnya ini menjadi hal yang menarik. Tapi melihat proses ketika mereka semua bersama sampai akhir tidak mengecewakan. Kisah cinta Zael dan Callista juga terlihat singkat karena ditengah-tengah cerita ditutup sepenuhnya dengan konflik perang. Beberapa sidequest juga memiliki cerita sendiri, sayangnya juga terlalu sedikit walaupun akhirnya beberapa karakter di sidequest itu menjadi bagian dari cerita utama.

- GAMEPLAY


Soal Gameplay, Om Sakaguchi sepertinya memang ingin mencoba dengan berbagai macam genre. Sistem Battle dengan Action, Stealth, FPS, dan Tactic mereka gabungkan disini, tetap dengan rasa RPG. Untuk bagian Stealth tidak terlalu menonjol dibandingkan dua genre diatas, tetapi ini menunjang dalam pertarungan menjadi salah satu taktik yang bisa dipilih selain harus menyerang musuh secara langsung. Untuk menyerang musuh, cukup dengan mendekati musuh maka karakter akan menyerang secara otomatis tanpa harus menekan tombol. Bisa saja diubah agar menyerang dengan tombol, tetapi damage yang dihasilkan tidak maksimal. Sangat terasa perbedaannya jika dikeroyok musuh.

Hampir keseluruhan permainan kamu akan mengendalikan Zael. Dia akan dibekali kekuatan untuk berubah menjadi mode Outsider, yaitu kemampuan untuk menarik aggro musuh sehingga semua musuh dihadapannya akan selalu menyerang Zael. Kemampuan ini seperti pedang bermata dua, bisa sangat membantu atau sebaliknya bisa membunuh Zael sendiri.  Mode ini juga bisa membangkitkan party yang KO, selama life bar masih ada. Untuk itu kita harus tau kapan harus digunakan kekuatan ini. Selain mode Outsider, Zael juga punya Skill sendiri yang juga tidak bisa dipakai sembarangan seperti Slash, Gale, Vertical Slash, dan lain-lain. Ia juga menggunakan crossbow dengan berbagai jenis arrow, walaupun pemakaiannya lebih situasional tapi terkadang menjadi cukup krusial yang akan mempermudah pertarungan.

Beberapa karakter juga bisa menggunakan magic destruktif. Tapi yang paling menarik, magic ini tidak hanya sekedar menghasilkan damage ke musuh, tapi juga memberikan buff/debuff ke musuh maupun party. Magic yang digunakan akan menghasilkan semacam Magic Circle yang memberikan elemen pada senjata karakter yang menginjak lingkaran itu. Fungsinya tidak hanya sampai disitu, dengan skill Gale/Vertical Slash milik Zael, Magic Circle tersebut akan melakukan diffuse, yaitu memberikan buff ke semua party maupun debuff ke semua musuh. Misal Yurick menggunakan magic Fire, gunakan skill Gale kearah Magic Circle untuk mengaktifkan debuff Armor/Guard Break. Atau magic Heal punya Mirania yang jika di-diffuse akan melakukan healing ke seluruh party tanpa harus menginjak Magic Circle.

Daerah yang kamu jelajahi tidak luas, hanya sekitaran Lazulis Island. Keluar dari sana pun hanya pindah ke pulau Gurak. Itupun tidak luas dan hanya sebentar. Kamu akan lebih banyak menghabiskan waktu di bawah tanah Lazulis Island dibanding kota Lazulis sendiri. Tapi kamu tetap bisa masuk ke tempat/dungeon yang sudah dikunjungi, mungkin hanya sekedar cari item atau leveling. Sepanjang perjalanan kamu akan lebih sering membuka pintu lol.

Sayang jenis equipment-nya bisa dibilang sedikit. Semua senjata dan armor hampir bisa digunakan untuk semua karakter sehingga tidak memberikan kesan eksklusif. Sistem Upgrade equipment menjadi sangat penting dan memberikan perbedaan kekuatan senjata dan armor yang sangat signifikan. Tidak ada item seperti Potion, Phoenix Down, dan item penyembuh lainnya. Barang-barang tersebut digantikan dengan peran magic yang sama pentingnya. Item yang didapatkan dari treasure chest maupun drop musuh biasanya hanya untuk upgrade equipment.

Selain dari yang sudah dijelaskan, semuanya masih sama seperti JRPG klasik pada umumnya. Game ini juga punya fitur Multiplayer untuk pertarungan PvP, tapi saya tidak mencoba fitur ini karena saya sendiri main lewat emulator. Kalaupun bisa, saya tidak ada teman yang main The Last Story juga untuk mencoba lol.

- GRAFIK


The Last Story adalah salah satu dari 3 game yang saya tahu (Xenoblade Chronicles dan Pandora Tower) yang benar-benar memaksa kemampuan grafik Wii sampai pada batasnya sehingga secara otomatis game ini memiliki grafik terbaik dari semua game di konsol Wii. Walaupun banyak yang komplain karena resolusinya yang belum sampai 720p, tapi karena saya bukan penikmat grafik dewa jadi sama sekali bukan masalah. Ciri khas artwork dari Kimihiko Fujisaka juga sangat kental. 

Saya sangat suka dengan desain equipment yang ada, terutama armor. Walaupun armor yang digunakan setiap karakter sama, tetapi tetap memberikan penampilan yang berbeda sesuai dengan karakternya. Leather Armor yang digunakan Zael akan berbeda penampilannya saat dipakai oleh Syrenne. Menariknya kamu juga bisa melakukan kostumisasi berbagai macam bagian armor yang kamu gunakan, misalnya seperti warna dan aksesoris yang digunakan. Mungkin fitur ini dikhususkan untuk multiplayer. Bisa juga "ditelanjangi", hanya saja harus melakukan quest tertentu untuk bisa melakukannya lol.

- MUSIK


Keseluruhan musik ditangani oleh sang maestro musik FF, yaitu om Nobuo Uematsu. Sepertinya om Uematsu juga memberikan sentuhan yang berbeda dibanding game-game lainnya yang musiknya pernah ia garap. Dan ternyata benar, setelah saya sempat membaca di Wikipedia tentang proses development The Last Story, om Uematsu berusaha menghindari "Nobuo Uematsu Style" bberupa bunyi synthetizer yang sering sekali serupa dengan musik FF yang banyak dikenal. Saya mengira tidak akan menemukan style musik tersebut, tapi untungnya baru di battle akhir saya tetap bisa mendengarkan ciri khas om Uematsu yang melegenda lol. 



Untuk dub Inggris, sepenuhnya menggunakan aksen British, bagian yang saya tidak suka di semua game yang memiliki voice-over. Di awal cerita pun beberapa event terkadang suara karakter tidak sesuai dengan suasananya, walaupun menjelang akhir perlahan sedikit membaik.

- KESIMPULAN


Game pertama yang ingin sekali saya mainkan di konsol Wii, walaupun lebih dulu Xenoblade Chronicles yang saya tamatkan. Untuk gamer yang suka dengan JRPG klasik dan cerita yang bagus, The Last Story sangat dianjurkan untuk anda. Sistem battle yang unik dan Action RPG dengan sentuhan tactic, stealth, dan FPS juga jadi nilai plus. Bahkan banyak fans FF klasik yang menyebut game ini sebagai "FF yang sebenarnya".

Sangat disayangkan game ini rilis di konsol yang menurut saya kurang tepat. Saya bukan fans Nintendo, tapi bukan berarti tidak suka. Saking sedikitnya game yang ingin saya mainkan di Wii, saya lebih memilih untuk menggunakan emulator hanya untuk The Last Story dan Xenoblade Chronicles. Spesifikasi yang dibutuhkan sebenarnya cukup tinggi, saya sendiri terpaksa dengan kemampuan laptop saya yang mid-end harus menghadapi framerate yang drop cukup parah (sampai belasan fps), tapi setidaknya emulator Wii (Dolphin) versi terbaru tahun ini memberikan penigkatan framerate yang cukup signifikan. Sebenarnya yang mengganggu saya bukan soal framerate, sound yang selalu stuttering sangat parah di versi Dolphin tahun lalu benar-benar membuat mood bermain saya hancur. Musik menjadi faktor wajib yang harus dinikmati bagi saya, apalagi jika musiknya dibuat oleh komposer favorit. Untungnya emulator yang saya gunakan kali ini jauh lebih baik, setidaknya pada bagian sound hanya menjadi slowdown, tapi tidak sampai stuttering parah. *curhat*

Mau tahu spesifikasi laptop saya, cari di google "Lenovo Z40-70". Di tempat sepi bisa stabil 30fps, begitu ada di kota atau dungeon dengan efek-efek grafis yang berat ditambah jumlah orang/musuh yang sangat banyak, bisa drop sekitar 20-25fps. Yang terparah bisa sampai 15fps, tapi itu juga jarang. Jauh berbeda dari versi Dolphin yang dulu. Keluar kota sedikit malah bisa drop parah sampai dibawah 10fps...

Target game RPG buatan om Sakaguchi lain yang ingin saya mainkan, The Lost Odyssey. Banyak yang bilang ceritanya lebih baik dari The Last Story. Dan lagi-lagi... Masalah konsol yang juga paling saya tidak saya favoritkan. Xbox 360. Jadi, entah harus menunggu berapa tahun lagi. Berharap rilis di PC, padahal seharusnya porting dari Xbox ke PC lebih mudah karena ini konsol buatan Microsoft. Who knows?

SHARE ON:



Legaiabay is a random people who loves playing video games so much and (maybe) an hardcore console gamer. Just writing what I like in good mood, except college work lol. Enjoy, nothing here will interest you :D

    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment